Selasa, 25 Oktober 2016

Tangloeng Dance Festival III Hadir Kembali


Penciptaan sebuah karya seni tidak hanya sebagai wujud pengekpresian diri, tetapi juga sebuah bentuk kreatifitas sebagai media komunikasi seniman dengan masyarakat pendukungnya.Hal tersebut diutarakan Zulkifli selaku Ketua Pelaksana Tangloeng Dance Festival III yang yang akan digelar 21-22 Oktober ini di Taman Seni Budaya Aceh. “Karya seni merupakan bahasa budaya yang sangat efektif dalam mengungkapkan kondisi sosial-budaya dalam masyarakat Aceh. Maka dari itu, kegiatan ini sebagai usaha memberikan ruang bagi para seniman untuk mengungkapkan ekspresinya,” jelasnya.

Zulkifli menyebutkan, Tangloeng Dance Festival III juga menjadi wadah yang berkesinambungan bagi seniman muda Aceh untuk berekspresi dalam mengaplikasikan karya-karyanya. Selain itu juga meningkatkan pemahaman filosofi dari seni dan budaya Aceh dikalangan generasi muda dan masyarakat pada umumnya.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Lembaga Seulanga berkerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh tersebut akan melibatkan sanggar-sanggar dan komunitas tari atau musik se-Aceh sebagai pengembangan kreatifitas bagi seniman muda Aceh dalam menghadapi tantangan global.
“Diharapkan kegiatan ini mampu memperlihatkan jati diri dengan memperlihatkan aspek sosial dan budaya masyarakat Aceh serta lahir bibit-bibit baru pekerja seni yang nantinya dapat mengubah cara pandang masyarakat serta menjadi penunjang dalam peningkatan berbagai aspek kehidupan masyarakat,” harapnya.

Sumber: Disbudpar Aceh (http://disbudpar.acehprov.go.id)

Pertemuan Duta Wisata Bahas Promosi Pariwisata dan Budaya Aceh


Syarikat Agam Inong (SAIN) Aceh gelar “Annual Meeting of Agam Inong Aceh 2016” yang berlangsung sukses dan lancar di Museum Tsunami Aceh, Sabtu (3/8/2016).

Dalam pertemuan perdana ini, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Reza Fahlevi yang diwakili oleh Kabid Pemasaran Disbudpar Aceh, Rahmadhani menyebutkan, adanya kegiatan dan inisiasi yang digerakkan oleh SAIN Aceh ini tentu sangat membantu dalam mempromosikan Aceh.“Adanya kegiatan dari komunitas SAIN Aceh ini tentu sangat membantu kami, kehadiran mereka bisa menjadi bagian dari volunteer halal tourism yang berpeluang dalam mempromosikan Aceh. Terlebih Aceh terpilih menjadi nominator di kompetisi pariwisata halal nasional, pastinya membutuhkan banyak dukungan untuk bisa lolos ke tingkat dunia,” sebutnya dalam kata-kata sambutan.

Lebih lanjut, Rahmadhani juga mengharapkan gerakan dari voting wisata halal Aceh tersebut bisa menjadi viral lewat keikutsertaan anggota SAIN untuk terus aktif dipelbagai media sosial dalam menyebarkan dukungan untuk memilih Aceh. “Kita sangat berharap gerakan dan ajakan dari adanya pertemuan puluhan perwakilan duta wisata Aceh ini bisa menjadikan semangat baru untuk terciptanya strategi promosi yang terus kita lakukan secara massif baik online dan offline,” sebut Rahmadhani.

Sementara itu, Ketua SAIN Aceh, Reyhan Gufriyansyah sangat menginginkan pertemuan duta wisata Aceh ini terus berlanjut. “Pertemuan perdana duta wisata Aceh ini tentu akan terus kita agendakan, ada banyak ide dan aksi yang bisa kita lakukan untuk memajukan pariwisata di Aceh, terlebih saat ini Aceh ikut serta dalam kompetisi wisata halal dan pastinya ini menjadi langkah pertama yang kita lakukan secara bersama-sama,” ujar duta wisata asal Meulaboh tersebut.

Dalam kegiatan yang mengangkat tema “Peran Duta Wisata Aceh dalam Mempromosikan Pariwisata dan Budaya Aceh menuju World Halal Tourism Awards 2016” yang turut dihadiri oleh Ketua Tim Percepatan Wisata Halal Aceh, Iskandarsyah Madjid dan Fakhrurradzi Amir.

Sumber: Disbudpar Aceh (http://disbudpar.acehprov.go.id)
Photo: Wanda Haris

Jumat, 21 Oktober 2016

Branding Baru “The Light of Aceh”

Bekerja sama dengan pemerintah kabupatan/kota, pariwisata Aceh telah dikemas dalam sebuah branding baru, “The Light of Aceh” atau “Cahaya Aceh”. Ini merefleksikan semangat bagi seluruh masyarakat yang disatukan melalui Syariat Islam yang Rahmatan lil ‘alamiin, sebagai cahaya benderang yang mengajak pada nilai-nilai kebaikan, kemakmuran, dan memberikan manfaat serta kebaikan bagi semua pihak.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Drs Reza Fahlevi M.Si, mengemas ulang pariwisata Aceh ini sangatlah penting, dengan menyesuaikan pada kekhasan dan kekhususan Aceh sebagai provinsi yang menjalankan syariat Islam.
“Ini merupakan strategi kita dalam memasarkan pariwisata Aceh. Dengan branding baru ini, semakin memperjelas positioning kita,” kata Reza Fahlevi.
Dengan adanya positioning, pariwisata Aceh punya citra yang kuat, apalagi jika menonjolkan ciri khas tertentu, yang tidak dimiliki oleh daerah lain.
Dalam jangka pendek, Reza juga berharap Aceh terpilih sebagai World’s Best Halal Cultural Destination. Kompetisi tingkat nasional dimulai pada 9-26
Agustus 2016, sedangkan kompetisi tingkat internasional pada September 2016.
Pemilihan destinasi halal ini akan dilakukan melalui pemungutan suara (vote) secara daring (online). Oleh karenanya, Reza berhadap adanya dukungan seluruh stakeholder, agar prestasi tersebut bisa diraih.
“Kami mohon dukungan masyarakat dan stakeholder terkait, khususnya para komunitas yang terlibat secara aktif di media daring, seperti narablog (blogger), pegiat media sosial dan hobi, serta travellers untuk mempromosikan Aceh, dimana nantinya pemilihan destinasi halal akan dilakukan melalui pemungutan suara (vote) secara online,” tambah Reza.

Tentang Wisata Halal

Bicara wisata halal, khususnya Aceh punya beberapa peluang dan kesempatan dalam memperjelas positioning serta arah dalam mengemas branding baru “The Light of Aceh”, inilah beberapa poin penting:
  1. Di bidang pariwisata, Aceh mempertegas posisinya sebagai destinasi wisata halal di Indonesia.
  2. Wisata dan gaya hidup halal telah menjadi trend global, wisatawan non-muslim juga dapat menikmati jenis wisata ini.
  3. Sebagai negeri yang semua sendi kehidupan berlandaskan syariat Islam, termasuk pariwisata, Aceh punya branding kuat mewujudkan destinasi wisata halal.
  4. Kementerian Pariwisata RI tahun ini menominasikan Aceh sebagai salah satu destinasi wisata halal dunia.
  5. Sebagai daerah yang punya potensi besar di bidang pariwisata, pemerintah Aceh menjadikan pariwisata sebagai leading sector pasca era minyak dan gas, sehingga dapat menggeliatkan roda ekonomi masyarakat.
Sumber: Disbudpar Aceh (http://disbudpar.acehprov.go.id)