Senin, 09 Mei 2011

Festival Krueng Aceh (Peunayong) 2011

Siapa yang tak kenal daerah Peunayong di Kota Banda Aceh, kawasan perdagangan ini terkenal dengan kulinernya, sebut saja REX, RM. Inti, Bakso Kojex, Purnama, Sate Matang, Mie Razali dan masih banyak lagi lainnya. Berbagai macam jenis masakan ada disini, mulai Mie Aceh, Martabak Aceh, Sate Matang, Tahu Goreng, Kerang Rebus, Nasi Gurih, Capcay, Bakso dan masih banyak lagi masakan sedap menggugah selera lainnya.

Disini kita bisa melihat indahnya keberagaman di banda Aceh dan semua kumpul jadi satu, satu tempat, satu semangat, semangat Visit Banda Aceh 2011.

Semasa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, kawasan ini digunakan sebagai daerah transit bagi tamu-tamu yang datang ke Aceh. Jadi sebelum para tamu ini bertemu dengan sultan, mereka bisa beristirahat sejenak di Peunayong. Dari segi bahasa pun Peunayong berarti daerah yang dipayungi atau dilindungi oleh sultan. Sekarang Kawasan ini mayoritas didiami oleh keturunan Tionghoa/Cina, bangsa yang sangat mahir dalam bidang perdagangan, bisa dikatakan Peunayong ini merupakan daerah Pecinannya Banda Aceh, bisa dilihat dari bentuk bangunan dan aktivitas di dalamnya.

Dalam rangka program visit banda Aceh 2011 ini diadakan Festival Krueng Aceh yang diadakan di Peunayong mulai tanggal 6-8 Mei. Berbagai macam kegiatan diselenggarakan seperti Lomba Perahu Naga, Lomba Perahu Tradisional, Pawai Perahu Hias, Pawai Budaya, Pentas Seni, dan Pameran.

Yang menariknya dari Festival Krueng Aceh 2011 ini, ada satu jalan yang ditutup, khusus untuk kegiatan seperti Pameran dan pertunjukkan seni, disini kita bisa melihat berbagai pameran berbagai macam produk, seperti kuliner, aksesoris, aktivitas dan pertunjukkan khas kesenian Tionghoa. Tempatnyapun disetting khusus tenda-tenda dihias dengan nuansa Pecinan yang didominasi berwarna merah, dan lampion-lampion berwarna merah. Bisa dilihat juga dari gerbang yang dibuat khusus untuk festival ini, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang ke Banda Aceh maupun masyarakat di sekitar Kota Banda Aceh yang ingin ikut merasakan kehebohan festival ini.

Kehebohan pun dimulai dari pawai budaya, diawali oleh parade sepeda onthel (Gari Awak Away), barisan Agam Inong Banda Aceh, dilanjutkan dengan parade pakaian unik, ada yang berpakaian ala monyet nakal (mongkey king), biksunya, bahkan ada si babi jail (Patkay), vampir cina tak mau ketinggalan dan mereka disuruh lompat-lompat (-_-!) , hakim bao, ada juga yang berpakaian ala cici koko, sampai pakaian cina yang kita ga pernah lihat pun ada, hebatnya lagi yang ikut ibu-ibu, tak mau ketinggalan ada parade rapai, toh daboh, marching band, anak-anak sekolah, sampai ibu-ibu pengajian pun ada (^-^). Daaaaan, yang paling ditungu-tunggu, pertunjukkan Barongsai.

Acaranya seru, selain pameran produk yang bernuansa china town, ada juga atraksi lain seperti dari komunitas pecinta sejarah aceh, kita bisa melihat anak-anak muda Aceh yang aktif mengkampanyekan betapa pentinya sejarah Aceh dan berupaya untuk melestarikannya, ada juga komunitas Aceh Magician, yang melakukan pertunjukkan sulap langsung di jalan, tidak ketinggalan komunitas kartunis yang menyediakan jasa bikin kartun dengan harga promo, dan masih banyak komunitas lainnya. Sangat menarik!

Besok mau lihat Perahu Naga dan Lomba Perahu Tradisional ah..

buat yang belum datang ke Festival Krueng Aceh, datang yuk!

Dari : www.piyoh.blogspot.com

Menikmati Petualangan di Negeri Kopi

“Bukan Lautan hanya Kolam Susu, Kail dan jala cukup menghidupimu, tiada badai dan topan kutemui, ikan dan udang menghampiri dirimu, orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman”

( Koes Plus - Kolam Susu)


Lagu dari Koes Plus ini sangat cocok sekali untuk menggambarkan keindahan dan potensi alam di Kota Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh.

Perjalanan kali ini aku mengunjungi Negeri di atas Awan, sebutan untuk Kota Takengon, dikarenakan daerahnya yang berada di dataran tinggi dan seringkali ditutup dengan kabut yang menyerupai awan.

Sepanjang perjalanan menuju Kota Takengon, mata kita dimanja dengan pemandangan yang hijau. Tapi siapa sangka, pemandangan hijau nan indah itu merupakan pemandangan yang bernilai jutaan rupiah. Ya, tanaman itu kebun Kopi. Tapi bukan sembarangan kopi, kopi yang ada di Takengon ini sudah terkenal ke seluruh penjuru dunia, siapa yang tak kenal dengan Kopi Gayo? Ya, selain Negeri di Atas Awan, Kota ini juga sering disebut dataran tinggi Gayo, karena masyarakat asli disini merupakan Suku Gayo. Kopi yang berasal dari Gayo ini sudah mendapat sertifikat Indikasi Geografi (IG) terutama Kopi Arabika-nya. Sertifikat Indikasi Geografi ini merupakan suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang karena faktor lingkungan geografis, alam, manusia ataupun kombinasinya, sehingga menghasilkan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan (Pasal 1 PP RI No 51 Tahun 2007), berarti Kopi Arabika Gayo ini cuma dan hanya bisa dihasilkan di daerah Takengon dan sekitarnya. Hebatnya lagi kenikmatan Kopi Arabika Gayo ini sudah diakui oleh Internasional, sebagai orang Indonesia, aku bangga kita memiliki potensi seperti ini.

13049261772013896257
Indikasi Geografis Kopi Gayo

13049258241686214009
Memetik Kopi Serasa kebun sendiri

1304925932513935878
Biji Kopi Pilihan, bikin kopi jadi enak

Aku berkesempatan bertemu langsung dengan salah satu pengusaha kopi asal Bener Meriah, Haji Yusrin. Beliau mengelola Cafe Bergendaal Koffie, di daerah Teritit, Bener Meriah. Sebelumnya Bener Meriah ini merupakan bahagian dari Aceh Tengah, namun mengalami pemekaran wilayah menjadi Kabupaten Bener Meriah. Pertemuanku dengan Haji Yusrin ini bisa dibilang keberuntungan tersendiri, pertemuan yang tak diduga. aku berkenalan dengan seorang teman di salah satu jejaring sosial, dengan akun @Syukritakengon, aku memanggil beliau Pak Syukri, dari beliau aku belajar banyak hal tentang Kopi, karena sebagai pencinta kopi beliau tahu cita rasa kopi yang terbaik, sampai akhirnya aku diajak bertemu dengan Pak Haji Yusrin di Bergendaal Koffie.

Sebelumnya aku diberikan ujian untuk merasakan perbedaan antara kopi yang selama kunikmati di Banda Aceh dengan kopi yang ada di Bergendaal Koffie, aku diminta minum Black Coffee-nya tanpa gula! Aku yang selama ini bukan penggemar kopi, harus mencoba kopi hitam yang disajikan tanpa gula (—__—!). Tapi jujur setelah menikmati Kopi Arabika yang berasal dari Gayo ini, benar-benar bisa merasakan kenikmatan berkopi.

13049253171169108389
Menikmati Kopi Gayo di Bergendaal Koffie

Setelahnya aku diajak berkeliling oleh Haji Yusrin, mengenal kopi lebih jauh, beliau dengan senang hati memberikan penjelasan tentang kopi, beliau memiliki kebun kopi sendiri dan mengelola kopi hingga menjadi kopi Bergendaal yang nikmat itu. Nama Bergendaal Koffie itu juga memiliki sejarah tersendiri. Bergendaal berasal dari bahasa Belanda yang artinya Bukit dan Lembah, Jadi Bergendaal Koffie ini bisa diartikan sebagai Kopi yang berasal dari Bukit dan Lembah Tanah Gayo. Menurut beliau, sebenarnya nama itu dulu pernah dipakai oleh perusahaan belanda yang pernah ada disana, dan sudah didaftarkan sebagai merk dagang begitu juga Kopi Gayo. Begitulah kita ya, sering sekali potensi yang kita miliki diklaim menjadi hak paten orang lain, tapi untungnya kita sudah memiliki Indikasi Geografi yang artinya tidak bisa diproduksi di tempat lain, selain di tempat tersebut.

Dari haji yusrin aku belajar jenis-jenis biji kopi, ternyata tak sesimpel yang aku bayangkan, ada banyak jenis biji kopi disini, mulai hijau, kuning, hitam, arabika, robusta dan yang paling jadi primadona saat ini Kopi Luwak. Kopi Luwak pun ternyata ada jenisnya, Luwak alami dan Luwak ternak. Kata beliau rasa kopi Luwak yang alami lebih mantap dibandingkan yang ternak, selain yang alami itu yang dimakan adalah Kopi Arabika pilihan dan mengalami proses yang alami tidak seperti Luwak yang diternak. Luwak pun juga tidak sembarang Luwak yang bisa menghasilkan Kopi Luwak, hanya yang memiliki moncong hitam dan moncong putih. Pantas ya kenapa Kopi Luwak itu mahal.

13049255052089256123
Haji Yusrin dan Biiji Kopi Gayo pilihan

13049256551255536397
Produk-produk Bergendaal Koffie, Kopi Arabika, Kopi Luwak dan Campuran

Sempat kubertanya dengan Haji Yusrin mengapa beliau tertarik dengan usaha Kopi? Beliau berkata, “ini potensi besar yang kita miliki, sudah sepantasnya kita memanfaatkan secara optimal, kita menghargai apa yang kita punya sehingga nantinya orang lain bisa menghargai kita”.

Senang sekali bisa bertemu dengan orang seperti Pak Syukri dan Haji Yusrin ini, beliau-beliau ini termasuk orang yang sadar dengan potensi yang dimiliki, menurutku dengan mengoptimalkan potensi yang kita miliki juga termasuk cara kita mensyukuri nikmat yang diberikan.

Semoga Kopi Gayo ini bisa menjadi kebanggaan kita Bangsa Indonesia.

Perjalananku pun berlanjut, menikmati keindahan Negeri di Atas Awan ini, ikuti terus ya (^-^)